SUMENEP - Koramil 15/Batuputih jajaran Kodim 0827/Sumenep melaksanakan pendampingan pertanian dengan warga desa binaannya, Seperti yang dilakukan Babinsa Desa Batuputih Laok Kecamatan Batuputih, membantu petani masih menggunakan bajak tradisional dengan tenaga Sapi untuk membajak lahan jagung seluas 0, 2 Hektar, sebelum ditananami bibit jagung. Kamis (21/12/2023).
Nanggala (bahasa Madura), atau membajak sawah dengan alat tradisional yang ditarik atau digeret oleh satu atau dua ekor sapi masih dilakukan oleh sebagian petani di wilayah Kabupaten Sumenep. Salah satunya dijumpai di Desa Batuputih Laok Kecamatan Batuputih Kabupaten Sumenep.
Meski tidak semua petani melakukannya, namun alat bajak tradisional tersebut masih menjadi andalan untuk mengerjakan lahan pertanian di wilayah setempat. Hal itu dilakukan bukan berarti sejumlah petani tidak mau menggunakan bajak mesin atau traktor.
Sebab, kondisi daerah, membuat sebagian petani di bilangan merasa kesulitan jika harus membawa bajak mesin atau traktor.“Sebagian kondisi area berada di perkebunan, sehingga membuat sebagian petani kesulitan jika menurunkan atau menaikkan traktor ke Kebun, oleh karenanya mereka memilih menggunakan ternak sapi dan bajak tradisional, ” kata Serka Moh. Soleh, salah seorang Babinsa Koramil 15/Batuputih yang membantu petani.
Kondisi demikian memang cukup klasik, menancapkan bajak digeret sapi di Lahan jagung, selain menjadi pemandangan menarik saat ini, juga membiasakan sapi bergerak bebas, tidak hanya di dalam kandang saja.
Bajak tradisonal, dinilai oleh petani setempat bisa cukup dalam menancap dan membalik tanah dibandingkan dengan alat bajak bermesin, selain itu area lahan jagung yang dikerjakan banyak dijumpai batu, sehingga sangat rawan jika menggunakan gigi bajak bermesin.
" Meski harus sabar dan telaten, namun membajak dengan digeret sapi merupakan salah satu tradisi di antara perkembangan teknologi pertanian, " Tutup Serka Moh. Soleh.